Jayapura, nirmeke.com – Dewan Adat Papua (DAP) berharap Festival Budaya Lembah Balim (FBLB) ke-30 di Wamena dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam kehidupan masyarakat Wamena dalam menghargai tatanan budaya dan adat istiadat yang sudah ada.
Dominikus Sorabut ketua Dewan Adat Papua (DAP) ketika di wawancarai. Senin (1/7/2019), mengatakan tujuan dari festival sendiri baik karena festival akan menjadi semua edukasi pendidikan bagi generasi penerus terutama dalam kebudayaan-kebudayaan tertentu khususnya pada seni tari yang sudah di lestarikan sejak dahulu.
“Seperti dansa tradisional, lagu-lagu tradisional tapi situasi perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi ini membuat kita sudah mulai meninggalkan itu semua, bila kita melihat dengan baik ternyata itu memiliki nilai ekonomi yang luar biasa bahwa itu juga bagian dari identitas, karakter bahkan ada juga pendidikan-pendidikan dasar (dini) sudah ada disitu namun berjalannya waktu kita sudah lupakan,” kata Sorabut.
Lanjutnya, festival sendiri seharusnya mengangkat nilai-nilai itu, karena selama ini yang di tampilkan hanya perang-perangan namun yang diangkat hanya perang karena pencurian babi dan pemerkosaan perempuan.
“Sesungguhnya yang harus diangkat dan di pertahankan itu bagaimana seorang kepala suku “Ap kain” itu dia mempertahankan eksistensi teritorial wilayah adatnya dan perang itu bagaimana mempertahankan sebuah kesuburan dalam suku, clan itu sendiri tapi yang mereka datangkan untuk tampil hanya karena incame politik tapi tidak memberikan pendidikan,” katanya.
Ia berharap kegiatan festival itu seharusnya di atur sedemikian rupa di seluruh tanah Papua 7 wilayah adat, tidak hanya di Wamena sehingga pendidikan-pendidikan yang menjadi karakter dalam suku itu dipertahankan dalam festival tersebut sehingga orang akan selalu diingatkan untuk melestarikan budayanya.
“Misalnya dongeng atau cerita rakyat yang sebenarnya satu nilai religi yang tersimpan (terbungkus) dalam cerita dongeng yang dulu masa kecil sebagai pengantar tidur namun setelah besar dongeng tersebut memiliki nilai religi. Lagu, ratapan (de iya) juga demikian,” katanya.
Sehingga Wamena sebagai kota penuh dengan nilai kebudayaan dengan adatnya yang masih kental diharapkan festival tersebut dapat berpengaruh pada bagaimana orang mengatur tatanan nilai adat yang sekarang semua sudah mulai rusak (hilang) akan kembali baik dari ivent ini untuk menyadarkan orang kembali.
Sebelumnya Bupati Jayawijaya, Jhon R Banua mengatakan festival nantinya juga ada kunjungan ke beberapa destinasi wisata sebagai upaya untuk memperkenalkan Papua umumnya dan Kabupaten Jayawijaya yang terkenal dengan beberapa suku seperti suku Dani dan beberapa suku lainnya.
Kontribusi pariwisata terhadap kemajuan ekonomi masyarakat di Papua khususnya Jayawijaya diakui Bupati John R Banua cukup besar.(*)
Editor : Agus Pabika