Jayapura, nirmeke.com – Papuan Voices akan menggelar Festival Film Papua III di Kota Sorong, Papua Barat, pada 6-9 Agustus mendatang. “Perempuan Penjaga Tanah Papua” dipilih sebagai tema festival itu untuk menunjukkan kemampuan anak Papua membuat film, sekaligus mengajak publik melihat berbagai persoalan yang ada di Papua.
Selaku panitia Festival Film Papua (FFP) III, Ketua Papuan Voices Kabupaten Keerom Harun Rumbarar menyebut festival itu akan melibatkan para pembuat film dari berbagai daerah di Papua. “Kami ingin merangkul semua filmmaker dari Papua untuk terlibat dalam festival ini,” kata Rumbarar.
Rumbarar menyebut, awalnya FFP III akan digekar di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, namun dipindahkan ke Sorong. FFP III ingin menghadirkan film karya sineas Papua yang mengangkat masalah ekonomi, pendidikan, lingkungan, maupun beragam masalah sosial yang terjadi di Tanah Papua.
“Festival pertama kita gelar di Merauke, berkisah tentang manusia Papua. Festival kedua berlangsung di Jayapura, mengangkat tema manusia dan alam Papua. Kini, dalam festival ketiga, kami mengangkat tema bagaimana perempuan menjaga Tanah Papua. Melalui tema itu, kami berharap (para pembuat film di Papua) bisa mengemas beragam isu Papua, sehingga mereka yang ada di luar Papua bisa memahami kondisi kita di Papua,” kata Rumbarar.
Ketua Papuan Voices Wiria Supriadi menyatakan tema “Perempuan Penjaga Tanah Papua” memberi kesempatan kepada para sineas muda Papua untuk mengangkat beragam persoalan di Papua. Selain itu, tanggal 9 Agustus 2019 dipilih sebagai puncak perhelatan Festival Film Papua III, karena bertepatan dengan Hari Masyarakat Adat Sedunia.
“Perempuan Papua menghadapi tantangan politik, ekonomi, dan masalah lain. Bagaimana perempuan Papua bertahan menghadapi semua tantangan itu? Seperti apa pengalaman mereka? Bagaimana dengan lingkungan alam mereka? Kami berharap hal-hal itu digali oleh para filmmaker Papua,” tegasnya.
Aktivis perempuan Elisabeth Apyaka mengajak para sineas perempuan Papua untuk membuat sendiri film tentang perempuan Papua. Apyaka yakin para perempuan Papua memiliki kreatifitasnya sendiri untuk menghadirkan berbagai masalah perempuan dalam media visual seperti film.
“Saya mengajak teman-teman perempuan Papua, ini Festival Film Papua III, dan kita perempuan Papua harus bisa membuat sendiri film tentang perempuan Papua. Film merupakan media komunikasi yang efektif, karena orang tua yang belum bisa membaca dan menulis pun bisa memahami isi sebuah film, dan memahami kondisi mereka melalui film,” kata Apyaka. (*)
Sumber : Jubi.co.id