Catatan menjelang penerimaan siswa pada Seminari Menengah dan Seminari Tinggi pada ajaran 2019/2020.
Untuk adik – adik Kelas 3 SMP dan Kelas 3 SMA serta orang tua/wali murid,dari 4 Dekenat di Keuskupan Jayapura (Dekenat Jayapura, Dekenat Keerom, Dekenat Pegunungan Tengah dan Dekenat Pegunungan Bintang). Kita harus siapkan diri kita dan anak – anak kita untuk masuk di Seminari Menengah dan Seminari Tinggi ( STFT FAJAR TIMUR).
Kita harus kasih hancurkan pikiran : “kalau masuk Seminari Menengah dan Seminari Tinggi itu anak kita tidak bisa kawin dan tidak memiliki keturunan”. Pikiran itu harus kita buang. Itu tidak benar. Pikiran itu sengaja dibuat oleh orang atau kelompok tertentu dengan maksud supaya adik – adik tidak tertarik dengan sekolah di. seminari Menengah dan Seminari Tinggi atau orang bangun dikatomi itu supaya orang tua tidak menghendaki anak – anak tidak daftar di Sekolah Seminari Menengah dan Seminari Tinggi.
Kita harus lihat kenyataan belakangan ini. Karena orang buat kita dihantui dengan pikiran diatas dan ditambah dengan sengaja tidak siapkan format dari jauh – jauh hari untuk merekrut atau merekomendasikan anak – anak kita, bahkan dengan alasan Orang Asli Papua tidak berminat untuk masuk ke Seminari Menengah dan Seminari Tinggi, maka orang datangkan peserta didik Seminari Menengah dan Seminari Tinggi dari luar Dekenat dan Keuskupan Jayapura.
Akibatnya apa yang terjadi? Kita banyak mengeluh sana sini. Kita tanya : mengapa ini Keuskupan Jayapura baru datangkan orang dari luar Papua? Apakah Seminari Menengah dan Seminari Tinggi dibuat untuk menyiapkan dan menyekolahkan orang dari luar Keuskupan Jayapura?
Kita harus sadar. Selama ini kita rugi. Kita kirim uang dari dari hasil kebun yang penuh keringat, penuh dingin, penuh hujan dan panas lewat Kapela, Paroki, Dekenat hingga ke Keuskupan kita untuk membiayai studi anak – anak di Seminari Menengah dan Seminari Tinggi. Pertanyaannya, berapa banyak anak – anak (Orang Asli Papua) di Seminari Menengah dan Seminari Tinggi?
Jangan sampai kuota anak – anak Papua sedikit disana. Kalau benar berarti, selama ini uang yang kita kirim, termasuk uang OTONOMI KHUSUS (OTSUS) 10 % (2 miliar) yang turun atas nama “Orang Katolik Asli Papua” bukan % untuk anak – anak kita kan? Ini memang masalah besar dan menjengkelkan.
Tetapi ingat baik!
Kita tidak bisa salahkan ke siapa – siapa. Salahnya ada pada kita. Salahnya kita adalah kita tidak menyiapkan orang / anak – anak kita untuk masuk ke Seminari Menengah dan Seminari Tinggi. Mulai hari ini kita harus sadar. Tahun 2019 ini, bahkan mulai dari sekarang, kita harus mulai bergerak.
Siapkan anak – anak atau adik – adik kita untuk daftarkan ke Seminari Menengah dan Seminari Tinggi. Setiap Paroki dan 4 Dekenat Keuskupan Jayapura hukumnya wajib dan harus menyiapkan format dari sekarang untuk rekrut anak – anak Asli Papua. Setiap Paroki wajib memberikan rekomendasi (surat keterangan) 1 – 3 anak Asli Papua untuk masuk ke Seminari.
Panitia penerimaan di Seminari Menengah dan Seminari Tinggi wajib dan harus memprioritaskan Anak – anak Asli Papua. Kuotanya harus 80/20 persen. Delapan puluh persen untuk Orang Asli Papua dan Dua puluh persen silahkan rekrut dari non Papua.
Sampai di Seminari, “Tidak Boleh dan Dilarang Keras” anak Asli Papua dikeluarkan dan dicoret dengan alasan sepeleh, tidak masuk akal dan kurang logis. Mulai tahun ini, kami sadar dan pastikan diri untuk taru badan. Kami memang tidak punya hak untuk mengintervensi, tetapi kami berjanji agar setia dan konsisten mengawal semua proses mengenai perekrutan siswa dan proses pendidikan di Seminari Menengah dan Seminari Tinggi di Keuskupan Jayapura.
Seminari Menengah dan Seminari Tinggi ada di tanah Papua dan Keuskupan Jayapura, maka Seminari Menengah dan Seminari Tinggi wajib memprioritaskan Anak – anak Asli Papua dari 4 Dekenat Keuskupan Jayapura!
Jayapura, 02 April 2019
(Penulis adalah Umat Katolik Keuskupan Jayapura, Papua)