Jayapura, nirmeke.com – Sosok wajah orang terlihat di lokasi wisata air terjun Cycloop, Sentani, Kabupaten Jayapura. Hal yang sebelumnya diabaikan oleh para pengunjung, diabadikan lewat lensa milik Whens Tebay, seorang fotografer lokal.
Melalui blog komunitas PapuansPhoto, Whens menceritakan perjalanannya bersama beberapa anggota komunitas fotografi itu menuju kaki gunung Cycloop pada Selasa (2/6) pekan lalu.
“Saya juga mulai keluarkan camera dan memastikan apa benar atau tidak, karena waktu melihat dengan mata secara langsung tidak terlihat sosok wajah orang di antara air terjun, sewaktu saya mulai foto air terjunnya, ternyata benar ada penampakan alam keajaiban batu di air terjun itu, terbentuk wajah orang, wajah dari penampakan alam. Ini seperti wajah orang yang sudah ribuan tahun seperti wajah nenek-nenek tapi juga seperti wajah kakek-kakek. Foto ini seperti wajah manusia yang sedang menangis,” kata Whens pada Minggu (7/6).
Ia mengakui jarak menuju lokasi wisata yang jauh membuat hasil fotonya hanya sedikit saja, sebab ia akui banyak obyek yang ingin diabadikan.
“Mengabadikan moment indah ini sekitar 30 menit. Itulah perjalanan kami selama liburan sehari,” katanya.
Penggagas dan pendiri Papuansphoto ini mengakui jika perjalanan yang waktu yang mereka tempuh ke lokasi wisata yang belum dikelola dengan baik itu sangat lama.
“Kami mulai saling komunikasi melalui pesan singkat dan juga telepon antara teman-teman, kami bersepakat untuk berkumpul di Gapura Expo Waena Jayapura, tepat Pukul 10:00. Tidak seperti yang lalu-lalu, tidak semua teman-teman dapat ikut hunting kali ini. Kali ini, kami hanya bertiga yaitu saya, Thedy Pekey dan teman satu orang perempuan, Kodi Rina Gobay. Tepat Pkl 10:05, perjalanan mulai lakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda dua,” kisahnya.
Whens mengakui perjalanan dari Expo Waena hingga Pos 7 Sentani memakan waktu kurang lebih 25 menit. Selanjutnya dari Pos 7 Sentani, mereka melanjutkan perjalanan melewati Kampus STT Walter Post hingga tiba di kaki Gunung Cycloop pada jalan masuk air terjun.
“Motor masing-masing kami diparkir di halaman salah satu rumah warga. Dari rumah warga hingga Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) atau tempat air terjun itu sekitar 200 meter. Kami bersenda gurau dalam perjalanan ini karena cuaca sangat bersahabat dengan kita sangat cerah dan langit kebiru-biruan,” ungkapnya.
Selanjutnya, perjalanan dengan berjalan kaki hendak memanjat gunung, hingga tiba di kali air terjun pertama yang sangat menguras tenaga. Mereka semua basah dengan keringat dan kelelahan akibat berjalan sehingga mereka memutuskan beristirahat sekitar kurang lebih 10 menit. Dari tempat peristirahatan yang pertama mereka dapat melihat pemandangan ke arah selatan tepatnya Kota Sentani, yang sangat indah.
“Perjalanan kami lanjutkan dengan mendaki gunung, jalannya mulai terjal dan berbatuan, sepanjang kali itu banyak anak-anak muda yang datang berekreasi dan pulang membawa hasil kebun buah merah. Kami berhenti sejenak sambil melihat anak-anak muda itu sedang mandi bakar ayam, kami memberi salam kepada mereka sebagai persudaraan. Perjalanan dilanjutkan dengan mendaki gunung lagi sambil bercanda guru kami terus mendaki gunung, kami saling mengejek sampai tertawa berbahak-bahak menghilangkan rasa cape,” lanjut Whens.
Tiba di tempat peristirahatan yang ketiga, mereka dikagetkan dengan keberadaan bangkai seekor ular mati dengan panjangnya mencapai 30 cm.
“Tapi sayang ular itu rupanya sudah mati, yang hanyut dari ketinggian air terjun. Semi Douw, salah satu rekan mulai mengangkatnya dengan kayu dan mulai menakutkan kami satu persatu. Ada yang ketakutan hingga marah-marah. Semi akhirnya membuang ular ke tepi kali dan kami mulai melanjutkan lagi perjalanan dengan memanjat tebing,” sambungnya.
Kali ini untuk mencapai terjun paling atas, tebingnya sangat terjal dan curam, mereka mulai naik dengan menyandarkan diri ke pinggir tebing. Meski beresiko, menurut mereka hal ini adalah hal yang menyenangkan sebab harus teliti dalam mengambil pijakan, sebab jika jatuh akan mengalami cedera serius serta patah tulang.
“Dengan sekuat tenaga akhirnya kami berenam tiba di puncak terjun paling atas. Waktu di tangan saya menunjukkan Pukul 02:10. Pemandangan di tempat ini sangat luar biasa, pemandangannya dua kali lipat indahnya. Di depan kami arah utara berhadapan langsung dengan air terjun yang sejuk dan dingin dihiasi berbagai jenis kupu-kupu beraneka warna yang beterbangan. Jika kita berbalik, menghadap ke selatan, landscape Kota Sentani dan Doya, sungguh indah. Petualangan kali ini dirasa luar biasa karena kami belajar bersyukur, Tuhan berikan alam papua yang begitu indah,” ungkap Whens.
Setibanya di lokasi, mereka pun mulai mengambil gambar, salah satu anggota komunitas, Kodi Gobay yang mengambil gambar air terjun, terkejut dengan hasil jepretannya. Ia pun berteriak sambil menunjukkan gambar tersebut kepada teman-temannya.
“Wooiiii, kamu semua lihat, macamnya di air terjun ini ada keajaiban alam, ada penampakan wajah di air terjun ini,” teriak Kodi pada para anggota komunitas.
Mengetahui ada hal unik tersebut, mereka pun kemudian mengabadikan ukiran alam itu ke masing-masing kamera. Whens mengatakan mereka semua sangat puas dengan hasil buruan mereka, termasuk foto unik yang menampakkan bentuk wajah tersebut.
“Berhubungan waktu semakin sore kami hanya foto-foto dan mengabadikan moment indah ini sekitar 30 menit di air terjun ini, lalu kami mulai turun dan pulang, Itulah perjalanan kami selama liburan sehari,” tandasnya. (*)
Sumber : papuansphoto.wordpress.com
Editor : Agus Pabika