Jayapura, nirmeke.com – Pesepakbola asal Wamena, Papua, Septinus Alua, tidak pernah bermimpi bisa bermain sepak bola sampai ke Australia.
Gelandang Persija Jakarta yang dibesarkan di daerah pegunungan tersebut bisa berkelana jauh dari kampung halamannya hingga ke luar negeri.
Pemain berusia 29 tahun itu pun berkesempatan mencicipi menggocek bola di atas rumput Stadion Newcastle Energy, Australia.
Septinus Alua menjadi salah satu dari 18 pemain yang dibawa oleh sang juru taktik Persija, Ivan Kolev ke Negeri Kangguru.
Permainannya sepak bola kali ini untuk melakoni ronde kedua kualifikasi Liga Champions Asia melawan Newcastle Jets yang sudah berlangsung pada Selasa (12/2/2019).
“Bermimpi bermain bola sampai ke Australia tidak pernah, mungkin saya pernah berkhayal saja dan puji Tuhan khayalan itu menjadi kenyataan sekarang,” ujar Septinus Alua.
“Saya sangat bersyukur berkesempatan menjadi bagian dari semua ini. Saya akan membuktikan di lapangan jika dipercaya lagi bermain nanti,” ucapnya lagi.
Sebelumnya, pada ronde pertama melawan Home United, dia berkesempatan bermain selama 11 menit menggantikan Ramdani Lestaluhu.
Dia berhasil mengantarkan Macan Kemayoran menang dengan skor 3-1 di markas lawan.
Di sisi lain, meski tahun pertamanya berlaga di kualifikasi Liga Champions Asia, Septinus Alua mengaku sudah tidak tegang apalagi grogi menjalani laga bersama Ismed Sofyan dan kawan-kawan.
“Kalau grogi atau tegang sih tidak ya. Biasa saja. Berkat semangat mungkin dan pengalaman main di AFC Cup,” katanya.
Harapannya, pada masa mendatang bisa mendapat banyak kesempatan untuk bermain membela Persija Jakarta sesuai arahan Ivan Kolev.
“Semoga dalam pertandingan yang akan datang nanti bisa mendapatkan menit bermain yang lebih banyak lagi,” tuturnhya.
Prestasi Septinus Alua terus menanjak. Dia pada tahun 2018 mencatat tiga kali penampilan di Liga 1, dua di antaranya sebagai pemain pengganti dan di AFC Cup sebanyak dua kali.
Selain itu, dia ingin menambah jam terbangnya di kompetisi Asia.
Promosi budaya Papua
Eks pemain Perseru Serui itu juga mengaku ingin terus memperkenalkan budaya kampung halamannya kepada dunia, Wamena, Papua.
Pemilik nama kecil Anoma itu pun selalu membawa tas selempang rajutan atau tas noken alias su hotik–bahasa asli Wamena– di tubuhnya.
“Iya betul saya selalu bawa tas ini setiap tur keluar. Salah satunya untuk memperkenalkan budaya leluhur saya di Wamena, Lembah Baliem, Papua. Ini sudah menjadi bagian kultur kami,” ucapn Septinus Alua.
“Tas ini biasa disebut noken yang berarti tas di kampung saya. Ini juga sebagai tanda jika saya orang Wamena,” katanya.
Jadi biar ke mana pun saya pergi pasti memakai noken ini biar gampang di kenal dari sesama saudara dari Wamena,” ucapnya.
Noken Wamena sendiri telah diakui dunia internasional lewat UNESCO pada tahun 2012 sebagai warisan budaya dunia tak benda. (*)