Jayapura, nirmeke.com – Momentum yang bersejarah Kabupaten Jayawijaya dibentuk berdasarkan undang-undang nomor 12 tahun 1969 tentang pembentukan Provinsi Otonomi Irian Barat dan kabupaten kabupaten di provinsi Irian Barat. Setelah berdirinya Kabupaten Jayawijaya sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Irian Barat yang sekarang disebut Provinsi Papua, sudah 62 (enam puluh dua) tahun silam yang telah kita lewati tidak terasa memasuki hampir setengah abad.
Masalah kesehatan, keamanan, ekonomi dan Adat kabupaten Jayawijaya pegunungan Tengah Papua yang selama ini terjadi bukan masalah baru, melainkan masalah lama yang tidak pernah selesai atau diatasi, masalah yang sangat kompleks dan “krusial” Semakin lama terus terulang dan terus meningkat pada waktu dan ruang yang berbeda, ada pula pada waktu dan ruang yang sama namun beda aktornya. Masalah di Jayawijaya pegunungan Tengah Papua memang memutus mata rantai masalah saja susah apalagi mencabut akar masalah karena ada kepentingan-kepentingan yang terselubung di atas tanah ini.
Keprihatinan Forum Pembela Pembangunan Masyarakat Jayawijaya (FPPMJ) Papua terhadap berbagai kompleksitas permasalahan yang terjadi di Jayawijaya se-pegunungan Tengah (Lapago). Sehingga pemerintah pusat, pemerintah provinsi, Pemerintah Daerah atau kabupaten, TNI/Polri, para elit-elit politik, kapitalis global dan oknum-oknum lainnya yang selama ini mengatasnamakan, pembangunan, pengamankan masyarakat, memberdayakan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan rakyat pegunungan Tengah Papua, namun terus mereduksi dan mengeksploitasi penghancuran identitas dan menghancurkan nilai-nilai kehidupan masyarakat Jayawijaya pegunungan Tengah Papua yang dapat berakibat pada pemusnahan etnis secara sistematis, terstruktur, pelan dan pasti, maka disebut diatas adalah Pelaku. Indikator adalah dominasi pasar oleh kapitalis global dan meningkatnya nilai nilai pasar secara gila, diskriminasi dan marginalisasi pembangunan, kontrol sosial lemah, tingginya angka kematian karena kurang pelayanan kesehatan dan duplikasi nilai-nilai adat sebagai warisan leluhur di Jayawijaya dan pegunungan Tengah Papua.
Dengan melihat situasi dan kondisi daerah kabupaten Jayawijaya pegunungan Tengah Papua dalam era otonomi khusus Papua pada beberapa tahun belakangan ini, seperti angka kematian manusia di Jayawijaya pegunungan Tengah meningkat (kurangnya fasilitas medis, kekurangan dosis dan pelayanan tidak pada sasaran).
Tingginya nilai-nilai harga pasar gila (harga tiket, BBM dan sembako), minimnya pelayanan publik (Perumahan Rakyat, BLT, Raskin dan lain-lain), meningkatnya korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) di kalangan pemerintah dan elit elit politik serta oknum-oknum tertentu yang terselubung di dalamnya (mencuri atau mengambil hak rakyat dengan mengatasnamakan bekerja untuk kepentingan rakyat, transaksi jual beli beras Raskin proyek perumahan rakyat dan lain-lain). Penerapan dana respek atau prospek tidak sesuai dengan JUKNIS (penggunaan dana tidak sesuai dengan juknis dan pembagian dana dengan sembarangan, dana selalu digunakan pada pesta Miras dan Narkoba, Bar-Bir-Bor, tidak memikirkan pembangunan manusia dan fasilitas umum di tingkat kampung).
Situasi kenyamanan dan ruang gerak masyarakat semakin sulit (ada kekerasan, ada terorisme, ada penganiayaan, ada pembiaran produksi,impor dan perdagangan minuman keras dan lain-lain), integritas sebagai adat dan nilai-nilai budaya serta kearifan lokal pegunungan Tengah semakin menurun (ada jual beli tanah, ada pemberian kewenangan dan penyerahan identitas budaya kepada kapitalis lokal baik non Papua maupun imigran luar negeri.
Sesuai dengan fakta, data dan informasi yang telah dan sedang terjadi dari segala macam persoalan tersebut masalah lama yang terus terjadi dan meningkat, sehingga FPPMJ-Papua sebagai wadah yang berfungsi sebagai pengontrol, guna memberikan kritikan maupun kontribusi pemikiran yang bersifat membangun kepada pemerintah daerah dalam implementasi kinerja pemerintah daerah (regional government performance) Kabupaten Jayawijaya pegunungan Tengah Papua. Maka FPPMJ-Papua akan menyelenggarakan kegiatan seminar atau diskusi panel secara forum terbuka dengan Thema “Bersatu Selamatkan Manusia Jayawijaya Pegunungan Tengah“. Seminar tersebut akan di selenggarakan pada hari rabu, 06 Februari 2019 pukul 08:00 sampai selesai bertempat di Gedung Soska Wamena. (*)
Reporter : Teba Hisage
Editor : Agus Pabika