Jayapura, nirmeke.com – Relawan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Papua menggelar pertemuan akbar, dalam pertemuan ini dihadiri oleh ribuan orang dari wilayah Sentani, Abepura dan Jayapura kota, dan sekitarnya.
Acara tersebut berlangsung di Panggung seni budaya Expo Waena Jayapura Papua pada hari Minggu, (03/02/2019).
Yan Matuan selaku ketua KPA Provinsi Papua mengatakan, terkait dengan masalah HIV/AIDS di tanah Papua setiap tahunnya angka penderita semakin tinggi (bertambah).
“saya sangat terkejut ketika Dinas Kesehatan Provinsi Papua merilis angka HIV/AIDS yang sudah terinfeksi sekitar 38.600 orang lebih. Meskipun banyak orang masih ragu dengan angka-angka ini dan hari hari saya masih dengar mobil ambulance terus berjalan,” kata Yan.
Lanjut Yan, KPA Papua membuka pendaftaran relawan sejak tanggal 7 Januari sampai hari ini dengan jumlah relawan yang terdaftar sekitar 1.199 orang ini telah siap untuk bekerja.
“hasilnya kami melaporkan kepada Gubernur namun kata beliau harus tambah sampai mencapai 2.000 relawan maka kami masih butuh sekitar 801 orang. Kami masih butuh tenaga relawan dan pendaftaran masih buka besok sampai seterusnya bertempat di panggung Seni Budaya Expo Waena Jayapura Papua.”
Kata Yan, KPA hadir di Papua sudah 15 tahun lebih, ternyata ada banyak masyarakat yang belum mengetahuinya maka kami perlu harus memberitahukan informasi apa tugas dan fungsi dari pada KPA itu sendiri.
“KPA tahun-tahun lalu sebelum kepemimpinan kami mendapatkan dana ada dua sumber yang pertama dana hibah dari pemerintah APBD setiap tahun sekitar 10 miliar yang berikut dana donor dari luar negeri tetapi hingga saat ini laporan-laporan dari 15 tahun lalu kami belum terima sampai saat ini. Kami belum bisa memberitahukan dana secara terperinci berapa sumber dan jumlahnya karena kami belum dapat laporan dari pengurus lama kepada kami,” katanya.
Ada 4 program pokok yang akan KPA Papua jalankan diantaranya yang pertama promosi, pencegahan-pencegahan, kuratif, dan rehabilitasi. Kami akan mengirim relawan disetiap kabupaten 100 orang dan itu sedang merencanakan untuk dibahas dalam rapat kerja.
Sementara itu dr. Anton Motte mengatakan dalam sambutannya, mengapa hari ini penyakit HIV/AIDS justru lebih penting dibandingkan dengan penyakit-penyakit yang lain, masalahnya adalah memang HIV/AIDS tidak ada obatnya.
“Obat Antiretroviral (ARV) yang selama ini bapak-ibu kenal itu dia hanya sifatnya melemahkan virusnya bukan kasih mati virusnya, jadi kalau orang yang terkena HIV/AIDS tidak minum obat ARV berarti yang harusnya meninggal 30 tahun kemudian tetapi jadi singkat hanya 5 bulan samapi 1 tahun saja,” kata Motte.
Kata dr. Anton yang menjadi masalah untuk tanah Papua saat ini lebih banyak terjangkit virus HIV/AIDS adalah usia-usia produktif yang mestinya dia bisa hidup sekian puluh tahun akan menjadi singkat. Orang Papua akan habis dari tanah ini hanya tinggal cerita karena HIV/AIDS maka yang menentukan hidup lama atau tidak itu ada pada diri anda masing-masing.
“Kita utamakan injil Tuhan dan takut akan Tuhan saya yakin kalau kita selalu mendekat kepada Tuhan berarti tidak akan melakukan seks sembarangan, Pintu utama HIV/AIDS masuk adalah hubungan seksual,” katanya.
Ia jua menghimbau kepada seluruh gereja-gereja yang ada di tanah Papua harus bicara HIV/AIDS, selain itu salah satu penyebab sex adalah minuman keras (Miras) karena sehabis miras ujung-ujungnya melakukan sex sembarangan.
Ia mengajak teman-teman relawan harus menjadi pahlawan di negeri ini, perlu relawan katakan pada diri anda masing-masing adalah amankan diri anda sendiri untuk “saya tidak miras, tidak melakukan seks sembarang, saya bebas” kemudian memberikan pemahaman tentang bahayanya HIV/AIDS ini kepada masyarakat kita yang belum mengetahui.
“Kami para medis juga akan memberikan pembekalan kepada relawan-relawan tentang pemahaman materi, penguasaan, bagaimana cara berkomunikasi terhadap masyarakat,” harapnya.
Samuel Tabuni selaku tokoh pemuda Papua mengatakan, kita harus membekali usia produktif ini dengan baik agar terhindar dari HIV/AIDS.
“Saya sedang siapkan anak-anak Papua 43 orang disekolahkan di Rusia dan mereka harus sehat jasmani maupun Rohani, saya mohon dengan adanya tim relawan ini bisa masuk ke semua sekolah-sekolah yang ada di Papua ini karena usia produktif ada di sekolah-sekolah tinggkat SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi (kampus).
Kata Samuel, dirinya melihat semua jenis ramuan dan obat-obatan dengan miliaran uang untuk menghilangkan virus HIV/AIDS itu hanya bisnis yang mereka lakukan, maka jalan satu-satunya adalah ke Tuhan. Salah satu contoh di Afrika sekarang terjadi perubahan total karena anak-anak mudah semuanya ke gereja dan lupa semua-semuanya. Orang Papua akan bangkit dan berdiri sendiri ketika hanya mengandalkan Tuhan.
“Saya percaya pasti Tuhan akan pakai dan bekerja luar biasa melalui kami yang kerja di pendidikan, kesehatan, perkantoran, LSM, semuanya wajib mendukung untuk selamatkan manusia Papua di tanah ini.
Ia juga memberi masukan kepada gubernur provinsi Papua Lukas Enembe untuk kedepan semua para bupati, kepala-kepala dinas, baik provinsi sampai kabupaten/kota harus melakukan sebuah konferensi bersama menyamakan pandangan untuk mendorong KPA Papua bersama relawan untuk bekerja untuk HIV/AIDS di tanah Papua.
“Selain itu, hambah-hambah Tuhan di tanah Papua ini tidak hanya agama Kristen tetapi Hindu, Budha bahkan Muslim, harus bicara tentang HIV/AIDS dan harus membekap KPA untuk bekerja sama melakukan sosialisasi serta menekan angka penyebaran HIV/AIDS,” harapnya. (*)
Reporter : Teba Hisage
Editor : Agus Pabika