Jayapura, nirmeke.com – Leaf Banana Cafe yang berada di jalan Baru Skyline, kota Jayapura kini hadir dengan menu baru. Tidak hanya menyediakan kopi blue baliem arabika, cafe ini juga menyediakan aneka menu lainnya yang dapat mengugah selerah makan kita dengan bahan khas lokal Papua.
Rosanti Alfida Gombo, pemilik Leaf Banana Cafe mengatakan meskipun usaha yang di jalankan seorang diri dengan banyak kendala dalam usaha yang ia hadapi percaya diri menjadi kunci utama untuk menjalankan cafenya. Rabu, (23/01/2019).
“Selama ini cafe hanya menyediakan blue baliem arabika kopi original asli Wamena namun untuk di tahun 2019 saya tambah dengan menu baru yaitu kue cake dengan rasa kopi, buah merah dan pisang,” katanya.
Baca Juga: Secangkir Kopi Asli Wamena Dari Rosanti
Lanjut Santi pangilan akrab teman-temannya, dengan modal usaha Rp500 ribu menu barunya banyak diminati oleh pengunjung cafe.
“Harga kue cake Rp100 ribu dan kalau ada yang pesan untuk di antar kami tambah ongkos kirim Rp110 ribu kepada pelangan dan biasa mereka pesan melalui WhatsApp miliknya,” kata Santi.
Lanjutnya selama menjalankan usaha di Banana Cafe banyak kendala yang di hadapi seperti kurangnya modal untuk mengembangkan usaha.
Baca Juga: Selain Dimiliki Pemudi Asli Papua, Kafe Ini Tawarkan Menu Berbahan Pangan Lokal
“Kadang saya sering diremehkan, mungkin karena saya seorang perempuan, teman-teman menjauh dan juga keluarga masih ragu-ragu apakah saya serius atau tidak dalam menjalankan usaha,” kata Santi.
Sementara itu Jerry pengunjung Banana Cafe berharap usaha giat yang di lakukan oleh anak-anak muda Papua seperti ini perlu di perhatian serius dan dukung oleh pemerintah terutama KAP Papua sebagai representasi untuk membangkitkan ekonomi Papua melalui usaha milik pemuda-pemudi Papua.
“Hal seperti ini perlu didukung bersama agar mereka tidak minder dengan usaha yang di jalankan warga non Papua di tanah Papua. Dukungan moral maupun finansial sangat di perlukan agar membangkitkan semangat mereka dalam berusaha,” harapnya.
Selain usaha yang di jalankan oleh putri Papua tersebut ada juga seorang perempuan Papua asal suku Mee yang menekuni usaha miliknya yaitu Elisabeth Salon Papua yang berada di Perumnas II Waena, Abepura, Papua.
Pemiliknya ialah Elisabet Etty Tebay dimana salon tersebut melayani anyam rambut, sambung hingga gimbal rambut.
Baca Juga: Elisabeth Salon Hadir Untuk Cegah Perempuan Papua Rebonding Rambutnya
Usaha yang di mulai pada Tahun 2011 di kabupaten Nabire tersebut berkembang hingga ke kota Jayapura. Pada tahun 2016 Elisabeth Salon hadir di kota Jayapura.
“Saya buka salon dengan tujuan mencegah perempuan Papua rebonding rambut. Agar perempuan Papua ke Elisabeth Salon sehingga mereka bisa mengepang rambut dan sambung rambut walaupun rambut mereka di sambung dengan rambut imitasi tetapi tujuan utamanya agar rambut keriting tetap terjaga,” kata Elisabet Tebay, ketika di wawancarai jubi di salonnya.
Etty berharap dengan adanya Elisabeth Salon ini dapat menambah lapangan pekerjaan bagi mereka yang memiliki keahlian dalam menganyam rambut dengan harapan biar bakat mereka dapat mereka aplikasikan melalui dunia kerja ayam menganyam rambut.
Baca Juga: Baju Rajutan Khas Papua Di Elisabet Salon Jayapura
Elisabet menambahkan selain membuka Elisabeth Salon, ia juga menjual aksesoris-aksesoris ole-ole khas Papua seperti gelang, anting, sepatu hingga baju yang di anyam dengan benang woll menyerupai baju, ada juga tas, topi dengan berbagai warna dan ukuran.
“Selain itu saya juga mengembangkan usaha membuka Cafe Moanemani yaitu cafe yang menyediakan minuman kopi asli Moanemani di halaman salon. Usaha Cafe tersebut baru di jalankan akhir tahun 2018 kemarin dengan harapan banyak peminat kopi sekaligus mempromisikan kopi Moanemani pada ivent PON 2020 mendatang di Papua,” katanya.
Selain tertarik dengan usaha produk lokal Elisabet juga berusaha untuk membantu mengangkat perekonomian lokal yang ada di Papua. Dengan niat dan kemauan yang keras untuk mandiri peluang tersebut bisa di ciptakan sehingga kita juga dapat bersaing dalam perekonomian skala lokal maupun nasional. (*)
Editor : Agus Pabika