Jayapura, nirmeke.com – Forum Relawan Kemanusiaan Pontianak (FRKP) adalah forum pelayanan kemanusiaan yang di ketuai oleh Bruder Stephanus Paiman dari keuskupan Pontianak.
Forum ini tidak terikat oleh gereja, organisasi, keuskupan pusat bahkan Pemda yang sempat menawarkan bantuan ke forum. Forum FRKP hadir dengan satu alasan yaitu Beliau benar-benar ingin melayani dan hidup untuk menolong siapapun dia meski beda agama, suku bangsa dan bahasa selama itu masalah kemanusiaan.
Itulah komitmen Bruder Stephanus Paiman sejak usia 28 tahun. Dalam pelayanan tentu banyak tantangan namun semua itu tidak membuatnya menyerah sedikitpun, sampai dengan kasus yang dialami Franstinus Nirigi.
Beliau juga mengatakan bahwa dalam masalah yang satu ini ia sama sekali tidam bekerja sendiri, karena kami kerja sama dengan pengacara FRKP yang kolaborasi dari Papua dan Pontianak berjalan baik karena diatas dari semua itu karena Tuhan.
Bruder Stephanus Paiman juga mengatakan dalam acara refeleksi karya pelayanan gembala tangisan anak Papua korban SOP pesawat Lion Air di hotel Horison, Rabu (14/11/2018) malam, tanah Papua dan tanah Dayak sama-sama memiliki kekayaan alam namun orang Dayak dengan orang Papua tidak menikmatinya justru orang dari luar yang menikmati.
Lalu bagaimana dan kapan kita menikmati hasil dengan alam kami dan kapan memulainya? Inilah saatnya untuk kita mulai dari sekarang dengan cara membangun SDM terutama di bidang pendidikan. Bruder juga berpesan bahwa baik yang di Dayak maupun di Papua jangan menjadi kuli, jangan menjadi penonton di tanah sendiri mulai sesuatu yang bermanfaat.
Anggota DPR Papua Nason Utty yang selama ini mendampingi Franstinus Nirigi mengatakan bebasnya Nirigi berkat Bruder Stephanus Paiman dari keuskupan Pontianak yang juga ketua Forum Relawan Kemanusiaan Pontianak (FRKP) bersama pengacara Andel dan wartawan Kompas Yohanis yang selama mengawal kasus Nirigi.
“Kami keluarga dan masyarakat Papua menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bruder Step dari keuskupan Pontianak dimana benar-benar mewujudnyatakam karya gembala yang luar biasa terhadap kasus Nirigi dan ini yang patut di contohi iman, pendeta dan pastor di Papua,” kata Utty.
Dalam pelayanan Bruder, selalu lebih mengutamakan umatnya dengan misi kemanusiaannya dan Bruder dan kawan-kawan bisa mengawal daru awal hingga mengantar Nirigi tiba di Papua dengan selamat. Bruder inilah yang selama ini menjenguk, memberi makan, selama Nirigi di penjara.
“Doa kita bersama menjadi kuasa Tuhan dalam pelayanan Bruder hingga bisa membawa Nirigi ke Papua dan dia sosok di balik dibebaskannya Franstinus Nirigi,” katanya.
Sementara itu pengacara Nirigi, Andel juga menyampaikan hal yang sama bahwa kerja nyata Bruder nampak di wajah Nirigi yang dulu trauma dan frustasi, ia memberi penguatan dan doa dan dukungan agar Nirigi kuat dan itu terbukti.
“Penguatan inilah yang membuat Nirigi mempunyai banyak teman di lapas yang di huni 700 orang lebih dari berbagai latar belakang dan Nirigi mampu menyatukan mereka semua, terbukti dengan kepulangan Nirigi semua napi berbaris dan menyalami, memeluk Nirigi hingga keluar pintu pagar lapas,” cerita Andel.
Kata Bruder Stephanus Paiman, dari sisi kemanusiaan FRKP melihat adanya ketidakadilan. Frans hanya dikorbankan hanya demi sebuah kepentingan karena ini perusahaan besar. Jadi sebenarnya kita sedang melawan tembok besar.
“Namun saya selalu ingatkan jangan pernah takut, selalu punya prinsip ketika kita memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan yang benar jangan pernah takut karena Tuhan tidak akan pernah tidur,” kata Bruder.(*)
Editor : Admin