Adil Untuk PerubahanAdil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Advertorial
Reading: Terkait Wairon sebagai perahu dagang, ini penjelasan dari Danis Koibor
Share
Sign In
Notification
Font ResizerAa
Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Font ResizerAa
  • Headline
  • Tanah Papua
  • Kesehatan
  • Ekonomi & Bisnis
  • Pendidikan
  • Artikel
  • Cerpen Papua
  • Pariwisata
  • Editorial
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Advertorial
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
Adil Untuk Perubahan > Terkait Wairon sebagai perahu dagang, ini penjelasan dari Danis Koibor

Terkait Wairon sebagai perahu dagang, ini penjelasan dari Danis Koibor

admin
Last updated: November 25, 2018 12:12
By
admin
Byadmin
Follow:
7 years ago
Share
3 Min Read
SHARE

Jayapura, nirmeke.com – Denis Koibor kembali lagi menegaskan bahwa perahu Wairon yang disebut-sebut juga sebagai perahu dagang oleh masyarakat Biak adalah salah persepsi dan di pengaruhi juga dengan bacaan literatur Belanda.

Iklan Nirmeke
Ad image

Hal tersebut di katakan Denis Koibor pemimpin pelayaran perahu Wairon yang juga sejarawan Papua lulusan Antropolog Universitas Cendrawasih Jayapura angkatan 2003. Senin, (8/10/2018), Jayapura, Papua.

Ia mengatakan dalam literatur Belanda juga yang mengatakan tentang perahu Wairon. Padahal yang di maksud dengan perahu Mansusu adalah perahu yang memiliki dua muka atau haluan perahunya ada dua baik depan dan belakang multi fungsi.

Kata Denis, orang semua terhanyut dalam persepsi bahwa perahu Wairon itu perahu dagang. Wairon itu lama di dalam kebudayaan Biak baru orang mulai menghadirkan perahu Mansusu karena di lihat dari mite-mite orang Biak tidak mengenal perahu yang lain selain perahu Wairon karena Wairon menceritakan tentang adat, budaya perang, membunuh, mambri itu semua ada dalam kisah Wairon itu.

“Sama halnya dengan orang Biak punya parang pendek dan  parang panjang saat di ancam pasti akan mengunakan apa yang ada di tangannya baik itu parang pendek atau parang panjang, sama halnya dengan perahu Wairom dan perahu Mansusu bisa pake berdagang dan bisa pakai untuk berperang,” katanya.

Kata Denis, perahu Mansusu itu orang lebih cenderung pakai karena tingkat efektifitasnya lebih dari Perahu Wairon hanya dalam hal memutar  perahu saja. Dia efektif hanya karena bisa memutar, bukan dia punya kelebihan lain.

“Contohnya saat perang Wairon tidak bisa putar karena akan terkena ombak sehingga mudah di serang lawan, tidak dengan perahu Mansusu yang bisa di gunakan dari dua arah sehingga bisa cepat lolos dari para musuh sehingga orang lebih cenderung melihat Mansusu sebagai perahu perang dari tingkat kegunaan lebih banyak sehingga terkesan Mansusu sebagai perahu Perang.”

Ada orang yang mengatakan bahwa perahu Wansusu perahu perang itu keliru karena perahu Wairon itu memiliki ukiran yang menceritrakan asal mula peperangan tersebut dan menyimpan misteri di dalam adat dan di gunakan sebagai perahu perang.

“Mereka kaya akan referensi sehingga bisa mengatakan perahu Wairon itu perahu dagang sebenarnya itu salah pemahaman. Jangan masuk ke buku baru keluar lihat adat karena ko akan rubah adat sesuai buku itu. Ini yang tidak di pahami, ketika kita sudah tidak memahami konteks agama adat itu baru kita mau berbicara tentang kesakralan adat tentu tidak bisa dapat,” kata Denis.

Sebelumnya pendapat antropolog JR Mansoben menyebutkan dalam melakukan perdagangan orang Biak mengunakan perahu Wairon. (*)

Editor      : Admin

Related

Gabung Channel Whatsapp

Dapatkan berita terbaru dari Nirmeke.com di Whatsapp kamu
Klik disini untuk bergabung
Dengan anda klik untuk gabung ke channel kami , Anda menyetujui Persyaratan Penggunaan kami dan mengakui praktik data dalam Kebijakan Privasi kami. Anda dapat berhenti mengikuti kapan saja.
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link
Previous Article Perahu Wairon akan mengikuti festival perahu perang dan tifa di PNG
Next Article Meningkatkan kreatifitas mahasiswa, ISBI tanah Paua gelar berbagai kegiatan
Leave a Comment Leave a Comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Hangat

YLBHI Papua Pertanyakan Peran KemenkumHAM di Tengah Konflik Bersenjata di Papua
Polhukam Tanah Papua
2 days ago
Surat Terbuka GMNI Jayawijaya: “Orang Wamena Bukan Teroris”
Headline Pendidikan Tanah Papua
3 days ago
TPNPB-OPM Kodap III Ndugama-Darakma Keluarkan Pernyataan Sikap untuk Warga Sipil di Wamena
Polhukam Tanah Papua
3 days ago
Kapitalisme Kolonial dan Penjajahan Baru di Tanah Papua
Artikel Catatan Aktivis Papua
4 days ago
Iklan
Ad image

Lihat Topik Berita Lain Dari Nirmeke

Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Cyber
  • Iklan
  • Jasa Buat Website
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?