Jayapura, nirmeke.com – Perahu tradisional Biak Wai Ron pukul 10.00 wit pagi tiba di kantor gubernur Papua dok II Jayapura di sambut tarian Wor dan penyiraman perahu mengunakan piring batu oleh para wanita tanda penyambutan prosesi adat dan di terima langsung oleh wakil gubernur provinsi Papua Klemen Tinal dan Sekda provinsi Papua Herry Dosinaen dan masyarakat Tabi sebagai pemilik wilayat.
Wakil gubernur provinsi Papua Klemen Tinal menyampaikan apresiasi dan selamat datang kepada pemimpin pelayaran dan crew perahu yang masih eksis mempertahankan budaya pelayaran.
“Masyarakat Biak dahulu oleh nenek moyang mereka di juluki sebagai pelayaran tangguh di seluruh teluk Cendrawasih hingga ke Pasifik dan itu kita tidak bisa pungkiri lagi,” kata Klemen saat menyampaikan sambutan di aula kantor gubernur Papua. Selasa, (2/10/2018).
Kata Klemen, kebangkitan budaya Biak ini membuktikan bahwa budaya dan adat sangat identik dengan orang Papua sehingga perlu di pelihara baik oleh generasi muda Papua sekarang agar tidak punah dan hanya tinggal cerita donggeng.
Sementara itu pemimpin pelayaran Denis Koibor mengatakan pengerjaan perahu tradisional Biak Wai Ron di kerjakan selama 2 tahun karena bila di kerjakan kontinu dan bertanggung jawab akan selesai dalam 3-4 bulan.
“Perahu tradisional ini sebenarnya sudah punah, dan ini di kontruksikan ulang baru dengan zaman yang sekarang jadi kerja terulur,” kata Denis.
Perahu Wai Ron juga masuk dalam buku Record dunia perahu tradisional terpanjang suku Biak. Perahu dari bahan dasar kayu Raime dan semua persesi bahan dan pembuatan di lakukan dengan prosesi (ritual) adat.
“Pelayaran ke Jayapura, kami menempuh 8 hari perjalanan. Keluar dari Mokmer hari Jumat (28/9/2018), bermalam di Nusi, lanjut ke Yapen bermalam, lanjut ke Kurudu bermalam 2 hari, lanjut ke muara Mamberamo, ke Sarmi bermalam 2 hari dan Sarmi ke Depapre dan masuk ke Jayapura,” katanya.
Lanjutnya, tujuan pelayaran ini adalah untuk memenuhi undangan festival perahu perang dan tifa di Alotau, provinsi Milne Bai, Papua Nugini. Di sana 2 perahu perang juga menanti kami di pulau Karkar dan di Lae yang akan sama-sama menuju ke festival.
“Rute yang sudah di tetapkan untuk pelayaran ini adalah sampai ke Port Moresby dan selesai festival perahu akan lanjut berlayar ke gaba-gaba dan akan tinggal di sana. Rute yang kami lewati ini juga pernah di lewati pra leluhur kami orang Biak dan salah satu yang tercatat di dalam sejarah itu Sanadi Pasanwanma sampai ke perbatasan Australia,”
Kata Denis, yang menjadi kendala dalam pelayaran ini adalah cuara obak laut. Karena sekarang ini musik ombak dan kami percaya selama kami jalan sesuai keinginan leluhur pelayaran ini akan baik sampai di tempat tujuan. Untuk festival sendiri akan berlangsung pertengahan dan akhir Oktober 2018. (*)
Editor : Agus Pabika