Komunitas ini terdiri dari berbagai latar belakang, suku, budaya yang ada di atas tanah Papua. Tidak hanya kami dari gunung dan pesisir tapi semua perempuan Papua yang ada dari berbagai suku dan daerah di tanah Papua semua ada di komunitas Gepe-Gepe.
“Kami ada di dalam komunitas ini dari berbagai latar belakang dan profesi, pekerjaan, dan pendidikan. Ada yang dokter, pilot, perawat, aktivis, LSM dan lembaga pemerintahan yang ada di Papua semuanya perempuan Papua,” kata Lis Tabuni pengagas komunitas Gepe-Gepe Papua.
Komunitas ini terbentuk kerena kami ingin semua perempuan Papua bersatu dengan adanya persatuan. Selama ini kami melihat bahwa ada jarak di antara kami (perempuan) antara senior dan junior sehingga di harapkan komunitas ini menjembatani jaman, menjembatani kita antara kaka-kaka di atas dan kita serta adik-adik kami yang di bawah khususnya kami perempuan.
Alasan lain terbentuknya komunitas ini adalah, kami mau di komunitas ini punya pikiran bahwa tidak ada lagi kata ini perempuan gunung, pantai dan pesisir tapi kami harus berpikir bahwa perempuan Papua kami satu.
Karena ketika kami bersatu kami bisa bikin banyak hal untuk kita punya tanah imi terutama untuk kita punya mama-mama Papua, untuk kita punya diri sendiri akan terwujud ketika kita bersatu.
Kami ingin menunjukan kepada teman-teman bahwa kami ada, dan teman-teman bisa bergabung dengan kami untuk melakukan banyak hal bagi semua perempuan-perempuan Papua yang ada di tanah Papua.
“Kami berharap dengan kegiatan seperti ini teman-teman dapat bergabung bersama kami lagi, kami ingin menyatuhkan perempuan Papua dengan membangun hubungan di antara kami melalui kegiatan seperti ini.”
Komunitas Gepe-Gepe Papua akan melakukan tiga kegiatan. Pertama pertandingan persahabatan putsal putri, kedua seminar sehari yang akan di lakukan pada tanggal 27 September 2018. Dalam seminar ini kami akan berbicara (berdiskusi) tentang Kipra Perempuan Dalam Birokrasi di bawakan oleh ibu Ribka Haluk dari kepala dinas sosial provinsi Papua. Kedua, Potret Partisipasi Dalam Lembaga Penyelengara Pemilu di bawakan oleh ketua KPU kabupaten Puncak Jaya. Ketiga Perempuan dan proteksi Hukum di tanah Papua oleh Frederika Korain dan keempat Perempuan diantara Adat dan Gereja oleh Ester Haluk dan kelima, Media dan Pembentukan Identitas Perempuan Papua di Era Informasi oleh ibu Metty Romsumbren.
“Seminar tersebut akan di laksanakan di aula gereja katolik Kristus Terang Dunia jalan proyek, perumnas II Waena sehingga mohon partisipasi semua perempuan Papua dalam seminar ini,” harapnya.
Dan kegiatan terakhir akan kami lakukan tanggal 30 September, dan itu acara puncak malam persahabatan perempuan Papua sekaligus penyerahan hadiah tim yang menang dalam pertandingan persahabatan futsal ini.
Lis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh donatur yang membantu demi menyukseskan kegiatan komunitas Gepe-Gepe Papua baik melalui dana, pikiran, waktu sehingga acara ini dapat berjalan dengan baik.
Kedepan kami tidak berhenti sampai disini saja dalam kegiatan ini, tapi ini permulaan yang kami lakukan. Kedepan kami ingin banyak mengali potensi-potensi dari perempuan-perempuan Papua baik dari pendidikan, kesehatan. Apa yang bisa bikin untuk kita punya perempuan-perempuan Papua akan kita lakukan kedepan. Bakat-bakat yang ada di perempuan Papua itu yang akan kami gali dengan lebih banyak kegiatan.
“Kami akan memulai dari hal-hal kecil, seperti perempuan dalam menulis kami akan melakukan pelatihan menulis untuk ajar adik-adik atau melukis karena selama ini perempuan Papua banyak yang bisa melukis tapi belum terlalu terekspos (terkenal) dan masih banyak lagi yang ingin kita lakukan dalam program-program kedepan lebihnya kedepan kami bisa punya koperasi sendiri,” katanya.
Sementara itu mewakili Pengerak PKK provinsi Papua ibu Theresia Dosinaen, menyampaikan dukungan kepada komunitas Gepe-Gepe Gerakan Perempuan Papua dan di harapkan kegiatan ini tidak hanya sampai disini namun di harapkan terus berlanjut dan tentunya harus bermanfaat tidak hanya untuk perempuan tetapi untuk masyarakat di Papua.
“Semoga kegiatan ini tidak hanya futsal dan seminar tapi harus ada kegiatan-kegiatan sosial dan pendidikan yang tentu saja semua ini untuk memajukan perempuan-perempuan Papua,” harapnya usai membuka kegiatan pertandingan futsal Gepe-Gepe Cup I.
“Kesatuan yang tidak dapat di runtuhkan, dan tim juga harus solid. Kegiatan ini awal dari pada segala sesuatu, untuk kekompakan kita perempuan-perempuan Papua,” katanya.
Dalam sambutan pembukaan yang di bawakan panitia membuka dengan salam bahasa ibu itu merupakan salam persatuan untuk menunjukan identitas sehingga harus di jaga.
“Saya suka dengan hal-hal positif, hal-hal yang bisa memberikan manfaat bagi saya dan kepentingan rakyat Papua, sehingga saya mengajak adik-adik untuk kita harus belajar profesionaiti. Menjaga profesional bahwa kita siapa, berasal dari mana dan harus ada komitmen,” katanya.
Semoga kegiatan seperti ini ada kelanjutan dan harus lebih meriah lagi dan kami akan support dan itu cakupannya besar sehingga kami butuh dukungan dari para senior kita dan harus ada pendekatan sehingga jangan ada jarak di antara kita karena kita adalah satu yang tidak dapat di pisahkan oleh siapapun. (*)