Jayapura, nirmeke.com – Program pemerintah pusat dan pemerintah provinsi Papua bersama Unicef terkait imunisasi massal Campak, Rubella dan Polio di wilayah Indonesia Timur (Papua) awal Agustus – September 2018 belum berjalan secara maksimal dan belum mencapai target.
Selaku Kepala Bidang pencegahan dan pengendalian penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Dr, Aron Rumainum mengatakan pencapaian tersebut belum maksimal karena banyak faktor terutama di pedalaman Papua.
“Di kota pantai utara, untuk imunisasi yang menjadi masalah adalah isu halal haram,” ujarnya ketika di hubunggi jubi. Senin, (10/9/2018).
Kata Rumainum, tidak hanya di bagian pantai namun di pedalaman juga sama. Misalnya di Wamena dan sekitarnya masih trauma pasca kematian anak Agustina Logo yang menimpa orang tua, murid, guru dan petugas kesehatan.
“Ini yang membuat orang tua trauma untuk membawa anaknya ikut imunisasi campak dan Rubella,” katanya.
Ia menambahkan untuk kendala di pedalaman Papua yaitu minimnya ketersediaan carter pesawat dan helikopter untuk mencapai pelosok-pelosok.
“Untuk pencapaian cakupan imunisasi massal di Papua sudah mencapai 43 persen dan ini juga dampak dari sikap kepemimpinan di dinkes dan puskesmas masing-masing kabupaten,” katanya.
Sebelumnya kepala dinas Kesehatan provinsi Papua menyesalkan kepada para kepala dinas kesehatan kabupaten dan bupati di Papua yang selama ini kurang peduli dengan kesehatan masyarakatnya.
Dr. Aloisius Giyai mengatakan selama ini kepedulian pejabat setempat sangat kurang terhadap kesehatan meskipun banyak program yang sudah di lakukan oleh Dinkes Papua.
“Jujur, ini yang selama ini kami hadapi. Saya sudah turun langsung ke daerah-daerah, melihat Puskesmas. Saya harap ada kepedulian hati bersih sang pemimpin terutama kepala dinas kabupaten dan bupati-bupati untuk melihat hal ini terutama saat imunisasi campak dan rubella berlangsung agar semua terangkul,” katanya. (*)
Editor : Agus Pabika