Reporter :
Editor : Agus Pabika
Jayapura, nirmeke.com – Imunisasi rutin masih menjadi permasalahan di Papua, cakupan Imunisasi Dasar Lengkap masih belum mencapai target nasional dan tidak mencapai batas 80 persen pada hampir sebagian kabupaten. Bahkan pada kabupaten dengan angka cakupan imunisasi rutin yang tinggi, tingkat Universal Child Immunization (UCI) juga masih di bawah 80 persen.
Salah satu penyebabnya adalah sulitnya akses untuk komunitas mendapatkan layanan atau rendahnya pemanfaatan layanan kesehatan itu sendiri. Selain karena kendala geografis, ketersediaan sumber daya tenaga kesehatan terlatih dan logistik (kelengkapan cold-chain, vaksin, serta logistik lain) juga mempengaruhi angka cakupan ini.Rendahnya pemanfaatan layanan kesehatan juga berefek pada tingginya angka drop out untuk vaksinasi berkala di mana orangtua/pengasuh tidak membawa anaknya untuk diimunisasi secara rutin.
Dr. Aloisius Giyai mengatakan, Tahun 2017 tercatat beberapa outbreak atau kejadian luar biasa terutama untuk Campak. Di saat Indonesia sudah berkomitmen untuk mengeliminasi penyakit ini pada tahun 2020, hal ini tentu tidak seiring sejalan. Selain Campak, kasus Rubella dan congenital Rubella syndrome (CRS) juga sudah menjadi komitmen pemerintah untuk dikendalikan.
“Komplikasi dari campak dan rubella dapat menyebabkan kecacatan, bahkan sampai kematian. Salah satu upaya untuk mengejar ketertinggalan dan menutupi celah-celah kemungkinan terjadinya outbreak susulan adalah dengan melakukan kegiatan tambahan/supplementary immunization activities seperti kampanye Campak Rubella.
Kata Giyai, Kampanye Campak Rubella ini juga merupakan rekomendasi dari ITAGI (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization). Ke depannya, vaksin Campak Rubella akan dimasukkan dalam program imunisasi rutin menggantikan antigen Campak.
“Kampanye Campak Rubella di Papua menyasar kurang lebih 1 juta anak usia 9 bulan sampai kurang dari 15 tahun. Sasaran yang harus dicapai untuk mendapatkan kekebalan komunitas adalah di atas 95 persen.
Aloisius juga menambahkan untuk dapat menyukseskan kampanye ini, Kementerian Kesehatan telah merekomendasikan untuk membentuk kelompok kerja yang akan secara khusus berkoordinasi untuk memastikan kegiatan kampanye Campak Rubella ini terencana dengan baik, diimplementasikan baik dan mencapai target nasional.
Ia menambahkan peran serta lintas sektor sangat dibutuhkan dalam hal ini, mengingat berbagai kendala yang sudah dipaparkan di atas. Sektor kesehatan harus secara aktif menggandeng instansi pemerintah dari lintas program, lintas sektor terkait, organisasi masyarakat dan keagamaan, maupun swasta agar dapat bersama-sama menyukseskan kampanye Campak Rubella ini, demi kesehatan dan masa depan generasi penerus Papua dan bangsa Indonesia.
“Tujuan umum sendiri pertama menurunkan kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), di antaranya Campak dan Rubella dan kedua mengeliminasi Campak dan mengendalikan Rubella/CRS pada tahun 2030.”
Dengan mobilisasi dan perubahan-perubahan kedepan terjadi anak bangsa harus terlindung dan harus kebal terhadap penyakit.
Tidak hanya campak dan Rubella tapi secara umum imunisasi dasar lengkap itu harus diberikan. Untuk kali ini imunisasi masal Campak dan Rubella di Jawa sudah tahun lalu dab untuk Papua tahun ini bulan Agustus kami targetkan kurang lebih 1 juta anak wajib kita imunisasi.
“Kemungkinan kasus-kasus yang akan terjadi kedepan sudah bisa di kendalikan atau di atasi dan cegah dari sekarang karana itu hak anak untuk mendapatkan imunisasi.”
Kata Giyai, Campanye jalan, pelaksanaan jalan itu menjadi program rutin pada setiap pelayanan kesehatan baik di Puskesmas dan Rumah Sakit. Tiap 6 bulan sekali, 3 tahun dan seterusnya akan di laksanakan.
Ada dua tahap, pertama akan di lakukan pada bulan Agustus di sekolah-sekolah, (TK, Paud, SD, SMP) dan tahap kedua pada bulan September pada fasilitas pelayanan kesehatan seperti di Polindes, Pustu, Puskesmas dan Rumah sakit untuk kita lakukan imunisasi masal.
Ia juga menambahkan Jumlah keseluruhan Puskesmas yang ada di Papua berjumlah 394. Jadi kami harapkan dapat di optimalkan semua untuk melakukan imunisasi masal campak dan Rebella ini.
“Dinkes Papua juga menyampaikan terima kasih kepada Unicef yang betul-betul menopang untuk menyukseskan pelaksanaan imunisasi. Tentu juga kami harapkan ada dukungan dana dari pemerintah kabupaten masing-masing sehingga anaknya itu betul-betul terlindungi, jangan karena Unicef membantu terus semua Pemda diam. Pemda dan Dinas kesehatan kabupaten turut terlibat untuk sukseskan imunisasi masal ini di seluruh tanah Papua,” ujarnya.
Dinkes Papua mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan ini dengan membawa anak-anak usia 9 bulan sampai dengan usia kurang dari 15 tahun untuk datang ke sekolah-sekolah, puskesmas, posyandu, polindes dan berbagai fasilitas kesehatan untuk mendapatkan imunisasi MR sesuai waktu yang telah di tentukan.
Dengan kampanye dari semua instansi baik pemerintah, lembaga, LSM, denominasi gereja kiranya dapat mematahkan alasan klasik yang selama ini terus di katakan oleh kita bahwa untuk mencapai di daerah Papua banyak tantangan geografis, akses yang susah agar tidak boleh terjadi lagi.
“Kami harapkan di atas 95 persen kita juga mampu melindungi anak-anak kita dari ancaman penyaki campak dan Rebella. Kami juga berharap ada kepedulian dari semua pemimpin, kepala dinas kesehatan kabupaten, para bupati untuk ikut terlibat menyukseskan kampanye dan imunisasi masal seperti selama ini yang di lakukan oleh kabupaten Jayapura dan kota Jayapura yang telah menunjukan prestasi mereka.”
Sementara itu Monika Nielsen kepala kantor Unicef Papua dan Papua Barat mengatakan Papua memiliki tantangan akses yang sulit dan berat namun dengan komunikasi dan kordinasi yang di bangun kirinya campanye imunisasi dan imunisasi masal campak dan Rebella ini dapat berjalan, bisa di sukseskan.
“Dukungan Unicef utamanya lebih kepada dukungan teknis pada pemerintah daerah melalui provinsi Papua kemudian juga ke kabupaten. Kami juga membantu menginsiminasikan informasi melalui berbagai media cetak, elektronik dan online.
Kami juga membantu Dinkes Papua untuk menyusun trategi, riporting hasil mengunakan rapit pro yaitu pelaporan berbasis sms dimana kami bisa melihat hasilnya real time melalui website yang di linkkan dengan sms.
“Jadi kepala dinas bisa melihat dari ruanganya kemajuan dari hari ke hari, jam mengenai cangkupan pada saat hari pelaksanaan,” ujarnya. (*)