Pasar merupakan tempat bertemunya pembeli dan penjual dimana penjual akan menawar berbagai macam produk jualannya untuk dapat dibeli oleh pembeli sedangan pembeli akan mendatangi pasar untuk membeli berbagai produk sesuai jualan sesuai kebutuhannya.
Tentu seperti yang kita ketahui bahwa dalam prinsip berdagang pembeli adalah raja, Sehingga dalam proses tawar-menawar seorang penjual harus memberikan pelayanan maksimal baik senyum, komunikasi yang baik, menawarkan jualan, bahkan ketika pembela itu meninggalkan tempat jualan, namun hal ini berbedah dengan apa yang ada di Pasar mama – mama Papua.
Pasar yang menampung 471 mama mama Papua dari berbagai daerah di wilayah Papua baik pegunungan maupun wilayah pesisir itu, tampak unik dengan rasa kePapuaannya yang tinggi serta penjual didominasi oleh masyarakat asli Papua tentu cara berjualannya pedagang sangatlah berbeda.
Nirmeke yang menyempatkan diri untuk melihat langsung lebih dekat proses jual beli yang berlangsung terasa seperti pada umumnya pasar lain di Kota Jayapura, namun cara menjualan mereka cukup berbeda dengan sedikit agak cuek kepada pembeli dalam memen – memen tawar nenawar, mereka kadang menegur langsung pembeli yang hanya memegang jualan tanpa langsung membeli, hal ini diakui Ketua Solidatitas Pasar mama – mama Papua Frengky Warer. Ia mengatakan karena pasar ini merupakan pasar mama Papua, dari berbagai daerah dengan berbagai budaya yang bedah di Papua tentu sangat mewarnai pasar salam proses jual beli.
Ada pembeli mereka bilang mama-mama ini emosional, misalnya ada satu pembeli menayakan satu mama dan pembeli rasa mahal dia pindah kesebelah, penjual pertama marah sehinga terkesan agak kasar hal ini menjadi pembeda dengan pasar lain.
Menurutnya kebiasaan ini sudah merupahkan karakter mama – mama, tetapi sebenarnya mereka, tidak membenci para pembeli, sehingga hal hal ini harus dipahami masyarakat Jayapura yang mungkin notabennya sering di layani dengan baik di pasar lain.
“Jadi ada kata, kalau pembeli sebagai raja. di pasar mama – mama Papua mungkin kata itu tidak begitu berlaku, karena mama – mama Papua mereka berjualan dengan karakter mereka yang agak keras dengan suara yang agak lantang,” ujarnya
Hal ini juga diakui Marikhe salah satu pembeli. Ia mengatakan bahwa, ketika dirinya membeli barang julan dan mengambil jualan untuk memilih kadang mama – mama langsung menegur “kalau mau beli langsung saja dibeli jangan pegang – pegang lagi,” katanya meniruhkan ucapan mama – mama dan itu di sampaikan secara spontan tetapi bagi dirinya hal itu sudah menjadi biasa baginya sehingga tidak terlalu dihiraukan.
Namun terkait sikap dari mama – mama ini Frengky mengaku secara otomatis juga berpengaruh kepada jumlah pembeli yang datang karena selama ini pembeli bukan saja dari kota Jayapura, tetapi juga dari luar yang belum memahami dengan karakter orang papua.
“Jadi ketika mereka dari luar mereka datang berbelanja mereka merasa lain denga sikap mama – mama Papua, karena cara mama – mama Papua menjual agak kasar, tetapi bagi mereka yang suda terbiasa di Papua bisa memahami itu,” kata.
Namun dia, berharap para pembeli dapat memahami hal tersebut bahwa kasarnya Mama Papua dan caranya mereka menyapa bukanlah sebuah amarah tetapi itulah karakter mereka yang mana sebenarnya mereka memiliki niat baik dalam berjualan.
Pasar yang baru saja di resmikan Wali Kota Jayapura bersamaan dengan hari jadi Kota Jayapura ke 108 tanggal 7 Maret 2018, lalu itu juga sebelumnya memiliki bayak hambatan baik masalah hak wilayat juga persolan pengelolaan pasar yang perlu ditata dengan baik.
Frengky mengatakan terkait sikap mama – mama tersebut yang merupakan ciri khas mama – mama saat berjualan, namaun karena pasar ini dikunjungi oleh pembeli dari luar papua, maka ia mengaku perlu ada sosialisasi bagaimana caranya penjual berinteraksi dengan pembeli dari luar Papua, sehingga mereka merasa nyaman ketika membeli barang dagangan di pasar yang di bangun oleh Presiden Jokowi tersebut.
“Jadi kita bukan merubah kebiasaan mama – mama tetapi, bagaimana kita bisa beradaptasi dari setiap pembeli yang datang, maka akan ada pelatihan bagi mama mama, ujarnya
Selain itu, yang menjadi keungulan dipasar yang merupakan perjualan Almarhum Robert Jitmau (Rojit) ini, adalah kejujuran dari mama – mama Papua dalam berjualan, dimana sayur dan bahan jualan lainnya yang sudah lama yang lewat satu dua hari, mereka biasanya jujur menyampaikan kepada pembeli sehingga pembeli kadang senang dengan sikap ini, karena mereka bisa tau mana yang jualan yang lama dan baru.
“Yang menjadi kelebihan dan keunikan pasar diisi oleh mama – mama Papua dan mama – mama mereka benar – benar menjaga kualitas dengan baik dan jujur kepada pembeli jika barang suda lama, atau lewat satu dua hari” ujarnya.
Bertepatan di pasar tersebut Jubi yang menghampiri salah satu warga negara asing (WNA) berkebangasaan Prancis yang menyempatkan diri berbelanja di Pasar Mama Mama, Priscilla mengungkapkan pasar ini sangat bagus skali karena dirinya bisa mendapat produk – produk lokal.
“Bagus karena mama -mama punya jualan dari hasil mereka dan punya pasar sendiri untuk berjualan, jadi saya senang karena mereja punya tempat jualan sehingga mereka tidak harus berjualan diluar, tetapi ada tempat bagi mereka yang layak,” paparnya.
Kejujuran dan segarnya jualan dirasakan juga oleh salah satu pembeli Ibu Anni yang mengaku sayur dan buah yang dijual di pasar mama-mama Papua bedah dengan pasar lain dimana mereka tidak biasa mengawatkan barang yang suda tidak layak makan.
“Senangnya saya itu belanja di sini semua segar-segar sayurnya, juga buahnya juga segar, karena, misalnya di tempat lain yang biasanya diawetkan buah da sayurnya yang suda lama disini mama – mama jujur dan sekalipun mahal sayur dan buat mereka semua segar – segar itu kelebihanya,” ujarnya
Selain itu ia juga meminta kepada pemerintah untuk menata tempat penjualan yang terlalu tinggi sehingga mama-mama tidak dapat melihat pembeli yang berdatangan ketika duduk. (*)
Laporan : Noel Wenda
Editor : Admin