Jayapura, nirmeke.com – Penghuni ke tiga asrama Pemda Jayawijaya kota studi Jayapura hari ini, Rabu (28/03/2018) mengelar aksi demo damai di depan lampu merah Abepura, demo selama 30 menit tersebut menuntut Pemda agar segera membayar tungakan fasilitas ke tiga asrama baik putra maupun putri.
Aksi ini dilakukan lantaran Pemda Jayawijaya dan perwakilan saling melempar tanggung jawab terkait dana operasional yang digunakan untuk melengkapi kebutuhan asrama baik pembayaran lampu PLN, PDAM yang meterannya sudah di putuskan oleh petugas.
Kordinator aksi Wempi Asso menilai Pemda Jayawijaya tidak sanggup membiayai dan melengkapi kebutuhan asrama selama ini terbukti dengan tungakan pembayaran listrik dan air hingga puluhan juta.
“Dimana tanggung jawab Pemda Jayawijaya terhadap mahasiswa yang sedang mengalami masalah, karena air dan lampu ini kebutuhan utama penghuni dalam asrama untuk belajar dan lainnya,” kata Wempi.
Wempi menambahkan aksi kami hari ini murni aspirasi mahasiswa/i Jayawijaya kota studi Jayapura dan tidak ada sangkut pautnya dengan politik pemilu pilgub di Papua karena aksi hari ini semua penghuni asrama Pemda Jayawijaya.
Penghuni asrama nayak II Yonni Walela juga mengatakan hal yang sama, karena hampir kurang lebih 96 bulan tungakan listrik PLN dan PDAM belum di bayar Pemda.
“Asrama nayak II tanah hitam Kamkey tungakan dari tahun 2008-2018, total biaya Rp21 juta lebih, asrama nayak III ale-ale tungakan dari tahun 2011-2018, total biaya Rp21 juta lebih dan asrama putri padang bulan, dua minggu yang lalu meteran dan sekring di cabut karena sering terlambat membayar dengan total biaya Rp4-5 juta,” kata Yonni.
Kata Yonni, tidak hanya masalah listrik dan PDAM namun fasilitas asrama lain yan sudah mulai rusak di antaranya Bama, plafon, seng, engsel pintu dan wc yang sudah tersumbat atau rusak belum pernah di perhatikan oleh Pemda maupun perwakilan.
“Bila aspirasi kami tidak di tangapi serius oleh Pemda dan perwakilan, mahasiswa Jayawijaya akan menduduki kargo pengiriman barang di Sentani tujuan Wamena dan itu sikap kami,” ujarnya.
Perwakilan penghuni asrama putri Nata Wetipo mengatakan mahasiswa selama ini menjadi korban akibat sistem yang dibangun oleh Pemda Jayawijaya sehingga mahasiswa menuntut hak mereka atas ketidakadilan yang terjadi selama ini.
“Tolong lengkapi fasilitas yang di butuhkan oleh mahasiswa/i di setiap asrama dan keterbukaan dari pihak Pemda maupun perwakilan terkait dana operasional yang berjalan selama ini sehingga menimbulkan banyak masalah,” kata Nata.
Sementara itu Yonni Alua ketua Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Jayawijaya (HIPMAJA) kota studi Jayapura mengatakan pemerintah Kabupaten Jayawijaya dalam hal ini Sekda Jayawijaya mengatakan bahwa biaya untuk fasilitas asrama sudah disalurkan melalui rekening perwakilan Jayawijaya di Sentani namun penjelasan dari kepala perwakilan Antonius Wetipo menjelaskan terkait dana untuk asrama dari Pemda Jayawijaya belum atau tidak disalurkan.
“Ketika kami menemui perwakilan ia katakan bahwa tipoksi perwakilan tidak sangkut paut dengan urusan asrama dan urusan asrama ada di Kabak umum Jayawijaya dan sementara kami menunggu penjelasan dari Penda Jayawijaya.”
Kata Yonni, kami menilai Pemda dan Perwakilan saling melempar tanggung jawab yang selama ini kami sampaikan baik melalui tulisan, tatap muka hingga kini belum ada respon yang positif menyangkut nasib penghuni ke tiga asrama ini sehingga kami mendesak Pemda segera memfasilitasi Penghuni dan perwakilan untuk membicarakan hal ini dengan baik. (*)
Editor : Admin