Jayapura, nirmeke.com – Kampus Universitas Cenderawasih (Uncen) masih libur semester, karena itu Asrama Rusunawa di Perumnas III Waena masih sepi minggu lalu. Hanya ada beberapa mahasiswa penghuni yang terlihat, salah satu adalah Sepi Alua.
Sepi yang berasal dari SMK Negeri I Musalfak, Kabupaten Jayawijaya masuk ke asrama pada 2013 setelah diterima di Program Studi Administrasi Perkantoran, FISIP Uncen.
Sebagai anak petani, orang tuanya tidak berpenghasilan tetap setiap bulan. Karena itu ia sering menarik ojek di pangkalan putaran Perumnas III Waena untuk biaya hidup.
“Asrama hanya menyediakan tempat tinggal, sedangkan untuk makan, minum, dan kebutuhan kampus ditanggung sendiri, terkadang bagi kami yang sebagian besar orang tua bekerja sebagai petani, ini sangat menyulitkan,” katanya kepada Jubi.
Selama tinggal di asrama, katanya, kondisi aman dan kondusif. Letaknya juga strategis karena dekat dengan jalan raya dan kampus. Hanya saja fasilitas asrama tidak lagi lengkap dan kurang bagus.
“Karena penghuni pendahulu tidak menjaganya dengan baik semasa kuliah,” ujarnya.
Meski banyak fasilitas yang tidak memadai, penghuni tidak menanggung biaya listrik dan air bersih, karena sudah dibayar pengelola. Namun airnya harus ditarik sendiri dengan selang ke kamar masing-masing.
Mendengar kabar pihak kampus akan merenovasi asrama, Sepi memilih tidak setuju, karena khawatir saat renovasi penghuninya tidak bisa lagi menempati. Itu jelas akan menyulitkan mereka mencari tempat baru.
Ketua Asrama Rusunawa Uncen Perumnas III Waena Agus Mosip mengatakan, kondisi asrama saat ini banyak kekurangan fasilitas, terutama pipa air, fasilitas kamar, dan bangunan yang retak. Namun yang paling dasar, katanya, tidak adanya perhatian lembaga Uncen.
“Selama ini kurang ada komunikasi dan koordinasi yang baik kepada ketua-ketua asrama, meskipun di lembaga Uncen ada pembina yang bertugas mengontrol tiap asrama Uncen yang ada, baik di Abepura maupun Waena,” katanya kepada Jubi.
Menurut Agus, untuk pembiayaan operasional asrama, pengurus selalu berkoordinasi dengan para penghuni dan senior. Pembiayaan dan pengadaan fasilitas dilakukan dengan bantuan dari pihak luar kampus, bukan dari lembaga Uncen sebagai pemilik asrama.
“Kami berharap ke depan harus ada perhatian dari lembaga Uncen untuk pengadaan fasilitas serta kebutuhan asrama dan penghuninya,” ujarnya.
Ia mencontohkan pembuatan pagar asrama dan kegiatan yang diadakan penghuni di asrama. Semuanya dilakukan oleh penghuni, senior, dan bantuan pihak luar, serta program Pemkot Jayapura.
Sedangkan untuk pengelolaan sehari-hari, kata Agus, asrama diatur pengurus. Misalnya setiap Sabtu kerja bakti bersama, mengecek penghuni yang aktif dan tidak aktif. Jika ada penghuni yang tidak aktif dikeluarkan dan penghuni yang melakukan tindakan negatif dikeluarkan dari asrama, serta membuat tata tertib dengan menutup pintu pagar asrama pukul 23.00 WIT.
“Kami juga berusaha menjaga keamanan dan ketertiban asrama karena asrama ini di bawah naungan lembaga Uncen, kami jamin penghuni asrama seratus persen mahasiswa Uncen yang aktif dan mereka yang bermasalah, baik nilai maupun administrasi dengan pihak kampus memang masih menetap di sini,” katanya.
Asrama Rusunawa Uncen memiliki empat gedung masing-masing berlantai empat dengan 192 kamar. Semuanya, kata Agus, berkapasitas 500 hingga 600 orang. Mahasiswa yang berhak tinggal setiap tahun disaring dari kelas regular maupun ekstensi.
Senior Asrama Rusunawa Maikel Awom mengatakan, asrama butuh renovasi karena di unit 5 terjadi longsor. Namun untuk merenovasi ia meminta agar pihak kampus melakukan koordinasi dengan baik, serta membicarakan dengan pengurus dan penghuni.
“Penghuni yang ada di tiap asrama Uncen semua dari seluruh Tanah Papua dan semua orang asli Papua, dengan kordinasi yang baik tidak ada kecemburuan dengan pengurus asrama lain dan harus merenovasi semua asrama, baik di Abe maupun Waena, renovasi tidak boleh dilakukan sepihak,” ujarnya.
Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan Dr. Jonathan K. Wororomi mengakui, secara umum kondisi asrama rusunawa Uncen di kedua lokasi cukup memprihatinkan. Itu disebabkan karena minimnya perawatan terhadap prasarana dan fasilitas umum, seperti fasilitas air bersih dan dapur. Begitu juga fasilitas belajar seperti meja dan lemari.
Ia mengaku belum memiliki data penghuni asrama, karena belum mendapatkan jawaban dari bagian yang berhubungan dengan akadamik mahasiswa atau penghuni asrama.
Total mahasiswa Uncen yang aktif saat ini, katanya, berkisar 10.000 orang. Sedangkan daya tampung asrama yang berjumlah 12 unit hanya sekitar 800 hingga 1.000 orang. Karena itu maksimal hanya 10 persen mahasiswa Uncen yang dapat ditampung.
“Namun berdasarkan kondisi saat ini, diperkirakan hanya sekitar 500-an saja mahasiswa Uncen atau lima persen dari yang aktif dapat menimakti fasilitas asrama tersebut,” ujarnya.
Jonathan mengatakan, sedang mempersiapkan program kerja ke arah perbaikan tata kelola asrama mahasiswa tersebut, sehingga berharap dengan adanya kontribusi dari semua komponen dapat mempercepat proses pelaksanaannya.
Komponen yang ia maksud adalah para pihak, termasuk pemerintah daerah yang terkait dengan persiapan sumber daya manusia Papua. (*)