Jayapura, nirmeke.com – Puluhan warga Kampung Toladan di Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura berdatangan ke lokasi yang diumumkan ketua RT 02/ RW 02/II, Minggu (7/1/2018). Di sebuah pondok, Ketua RT 02 Kila Pella telah menunggu dengan karung berisi kelambu dan daftar penerima.
Satu-persatu wakil keluarga, ayah atau ibu, menerima jatah kelambu yang akan mereka gunakan di rumah untuk melindungi anggota keluarga dari serangan nyamuk malaria.
“Sebenarnya ini sudah diberikan puskesmas pada Desember, tapi karena semua masyarakat sibuk Natalan akhirnya baru sekarang dibagikan,” kata Kila Pella kepada Jubi.
Kila menjelaskan, pembagian kelambu merupakan program tahunan yang disalurkan Puskesmas Sentani Kota. Saat itu membagikan untuk program 2017. RT-nya mendapat jatah tiga karung plastik yang masing-masing berisi 50 buah. Artinya ia menerima 150 buah kelambu.
“Kelambu anti nyamuk jatah kami ini sebenarnya masih kurang, karena di sini jumlah penduduk lebih 300 orang dan yang sudah datang mengambil 71 keluarga, masih ada yang belum mengambil,” ujarnya ketika Jubi datang saat ia membagikan.
Kelambu hanya diberikan kepada keluarga yang memiliki anak. Itupun satu kelambu untuk satu keluarga. Menurut Kila, ini berbeda dari pembagian 2014 yang tiap keluarga mendapatkan dua atau tiga kelambu. Karena itu ia berharap Dinas Kesehatan pada 2018 memberikan bantuan kelambu lebih banyak karena penduduknya juga bertambah.
“Mestinya pembagian kelambu dihitung sesuai kamar yang dihuni keluarga di tiap rumah,” ujarnya.
Menurut Kila, untuk menekan angka penderita malaria di kampungnya tidak cukup hanya dengan pembagian kelambu. Tetapi juga dibarengi dengan penyemprotan di lorong-lorong Kampung Toladan dan lokasi dianggap rawan.
Penyemprotan inilah yang menurutnya tidak sampai ke kampungnya. Petugas hanya menyempot di perumahan di dalam Kota Sentani saja.
Jekson Mirin, warga Kampung Toladan memprotes pembagian kelambu yang tidak menyeluruh, karena hanya yang berkeluarga mendapat jatah.
“Saya mestinya dapat, gara-gara digigit nyamuk saya tambah sakit, saya sudah sakit malaria tambah malaria lagi, ini ada gigitan nyamuk banyak sampai ada bekas-bekas gigitan ini,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura Kahirul Lie mengatakan, dinasnya membuat program pembagian kelambu yang dibantu Global Fund sebagai salah satu cara untuk menekan penyakit malaria yang masih tinggi di Kabupaten Jayapura.
Di Papua ada empat kabupaten angka malarianya masih tinggi, yaitu Kabupaten Jayapura, Keerom, Timika, dan Boven Digoel. Penanganan malaria pada keempat daerah akan dievaluasi pada 2019.
Dengan gencarnya pembagian kelambu pada 2016, jelasnya, penderita penyakit malaria bisa ditekan pada 2017. Pada 2016 Anoal Parasit Insiden (API) Kabupaten Jayapura dari 1.000 orang terdapat 240 orang sakit malaria. Pada 2017 angka ini turun menjadi 190 orang.
Kahiril menjelaskan, Dinas Kesehatan telah mendistribusikan 7.000 kelambu kepada masyarakat. Jumlah ini sesuai dengan jumlah kelompok tidur masyarakat Kabupaten Jayapura yang berjumlah 120.000 jiwa.
“Misalnya ayah dan ibu dengan anak masih bayi itu satu kelompok tidur,kalau ada anak perempuan dua berarti tambah satu kelompok tidur lagi, kalau ada anak laki-laki berarti satu kelompok tidur lagi, berarti di rumah itu ada tiga kelompok tidur,” jelasnya kepada Jubi di ruang kerjanya, Senin (8/1/2018).
Kelambu yang dibagikan adalah kelambu insektisida malaria. Kelambu ini sudah diberi obat anti malaria yang bisa membunuh nyamuk yang hinggap. Sehingga kehadiran kelambu di rumah bisa mengurangi nyamuk malaria.
Hanya saja, kehadiran kelambu di rumah tidak bisa melindungi penghuninya sepanjang hari, hanya saat tidur saja. Padahal aktivitas nyamuk malaria menggigit mulai pukul 6 sore sampai 6 pagi. Sedangkan siang hari aktivitas nnyamuk demam berdarah.
“Kalau saja orangnya beraktivitas mencuci pada waktu malam, ke sumur pada malam hari, otomatis dia akan tergigit nyamuk malaria itu, karena itu harus dibiasakan masyarakat untuk tidak keluar rumah terlalu sering atau kalau keluar pakai obat riplen atau baju lengan panjang,” jelasnya.
Ia berharap masyarakat juga disiplin menggunakan kelambu yang efektif masih bisa membunuh nyamuk tiga tahun. Syaratnya tidak boleh dicuci menggunakan sabun dan dikucek serta menjemurnya tidak terkena sinar matahari.
Kegiatan lain adalah melakukan penyemprotan di dalam rumah dan penimbunan barang-barang yang bisa menyebabkan nyamuk malaria berkembang biak. Selain mengobati orang yang sakit.
Juga dibentuk “Kampung Peduli Malaria” dengan melatih kader-kader masyarakat untuk menangani malaria. Mereka akan melaporkan kepada petugas kesehatan jika ada warga yang sakit malaria.
“Kita terus melakukan penyuluhan dan juga penyemprotan di beberapa rumah, namun kita pilih kampung yang endemis tinggi, kita tawarkan untuk pembiayaaan dari kampung dan untuk obat kita yang memberikan berikut pelatihan petugas,” ujarnya.
Sementara, Kepala Puskesmas Kanda di Distrik Waibu, Nimbrot Tabisu mengingatkan masih rendahnya kesadaran masyarakat di wilayahnya untuk ikut berperilaku mencegah penyakit menular malaria, meski sudah dilakukan bermacam sosialisasi.
“Kami telah lakukan segala hal, termasuk mewajibkan pasien untuk konfirmasi lab, tapi kami sekitar 40 persen perilaku masyarakat masih kurang mendukung,” ujarnya.
Pada 2016 dan 2017 di distrik ini penyakit malaria terbanyak diderita masyarakat, kemudian ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Ia berharapperilaku ini bisa segera berubah untuk menekan angka malaria. (*)