Jayapura, nirmeke.com – Gubernur Papua Lukas Enembe tersenyum senang menatap lukisan sketsa dirinya. Ia terlihat kagum dan tanpa bicara merapatkan kedua telapak tangannya di depan bibir menatap kepada Yanto Gombo dan lukisan di depannya.
Itulah momen ketika Yanto dibantu temannya membawa lukisan cat minyak di atas kanvas berukuran 2 meter X 1,5 meter ke atas pentas pada acara pentas Parade Budaya dan Syukuran di Lapangan Hawai (depan Hotel Sentani Indah), Kabupaten Jayapura, 30 Desember 2017.
Yanto mengenakan celana jeans panjang dan baju singlet dengan tubuh diwarnai sedikit lumpur pada bagian bahu dan wajah, serta mengenakan topi burung dari bulu kasuari (Toweeri).
Ia menyerahkan lukisan tersebut kepada Enembe yang berada di pentas. Tentu saja orang nomor satu di Provinsi Papua tersebut sangat senang dan kagum. Tak hanya Enembe, pengunjung acara tersebut yang hampir seribu orang juga kagum.
Kekaguman Enembe dan pengunjung tak hanya pada hasil lukisan, tapi terlebih kepada proses lukisan itu dibuat. Yanto yang masih berstatus mahasiswa ISBI (Institut Seni Budaya) Tanah Papua langsung melukis di lokasi, di lapangan depan pentas, sebelum lukisan itu diserahkan.
Ia melukis dengan cara yang unik dan tentu saja sulit, dengan posisi obyek potret Enembe terbalik, kepala ke bawah di bawah tatapan banyak orang. Inilah yang membuat kagum pengunjung. Ketika lukisan itu selesai hanya 30 menit dan dibalikkan, ternyata hasilnya tetap bagus.
“Saya punya impian untuk melukis secara live di depan umum begini dan dengan diundangnya saya dalam acara ini untuk melukis membuat saya senang,” kata Yanto usai acara.
Seniman muda Papua itu memang sengaja didaulat panitia untuk unjuk kebolehan sebagai bukti bahwa orang Papua juga mahir seni rupa modern. Panitia telah menyiapkan peralatan dan bahan untuk melukis, seperti kanvas, kuas, dan cat.
“Yang membuat kita senang itu melukis Pak Gubernur karena gaya kepemimpinannya itu sehingga saya tertarik untuk melukis,” tuturnya.
Tidak hanya itu, momentum itu dijadikannya untuk menyampaikan pesan agar Pemerintah Provinsi Papua juga memperhatikan seniman Papua, khususnya seniman lukis.
“Kalau bisa ada perhatian dari pemerintah, karena selama ini saya lihat macam tidak ada perhatian serius begitu jadi, khususnya seniman lukis Papua,” ucap Yanto yang kepada Jubi usai kegiatan.
Apakah ia tidak kesulitan melukis secara terbalik? Menurut Yanto, pada prinsipnya sama saja seperti menghafal huruf atau angka. Namun mekulis terbalik bukan persiapan semalam bagi Yanto.
Ia mengaku telah menekuninya hampir satu tahun sampai bisa. Ia melatih melukis apa saja terbalik di setiap waktu senggang di kertas dengan spidol Snowmen. Sedangkan untuk melukis Lukas Enembe ia mempersiapkan diri sebaik mungkin selama lima hari.
“Sebelum tampil saya menghafal potret Pak Gubernur secara terbalik, puji Tuhan semua Dia yang kerja, saya hanyalah alat-Nya,” jelasnya.
Hafalan itu tinggak ia pindahkan ke kanvas, sekaligus dengan warna. Dalam melukis terbalik live dengan waktu ditentukan, katanya, paling susah menggenjot kecepatan tangan kanan dan kiri.
“Terus menghafal model dalam bentuk visual dalam pikiran itu tidak gampang, tapi saya berusaha, saat latihan saya gambar hitam-putih di atas kertas sampai hafal betul karakternya, gelap, terang, komposisi yang ada di model,” jelasnya.
Yanto Gombo adalah seniman muda Papua yang unik. Program studinya di ISBI Tanah Papua bukan Seni Rupa Murni, melainkan Desain Komunikasi Visual (DKV).
Namun pemuda kelahiran 1996 ini lebih tertarik dan tekun melukis, terutama potret dan natural di berbagai medium. Tak hanya kanvas dan kertas, tapi juga kulit kayu, sketsa di komputer, tripleks, dan tembok bangunan rumah atau gedung.
Medium yang terakhir ini banyak ia lakukan seiring dengan banyaknya pesanan membuat mural, baik sekolah maupun rumah.
“Sekarang saya lebih banyak melukis mural di rumah-rumah, tempat usaha, sekolah, dan lainnya, sedangkan yang pesan di kanvas itu biasanya lukisan potret dan itu hanya di sekitar Jayapura saja, Desember kemarin ada tiga lukisan mural di tiga tempat usaha, sekarang saya coba untuk eksplorasi keluar,” ujarnya Yanto yang sudah hobi melukis sejak SD ini.
Dosen Desain Komunikasi Visual ISBI Tanah Papua Saut Marpaung mengatakan, Yanto memiliki kemampuan visual yang kuat. Padahal dia mahasiswa DKV. Dia bisa menuangkan ide langsung ke dalam karyanya tanpa digitalisasi.
“Dia lebih cocok melukis konvensional seperti mural, Yanto punya kelebihan karena keberaniannya memainkan media baru dan mengeksplorasi idenya di ruang-ruang publik, ini yang selama ini belum tampak pada perupa Papua yang berkarya kontemporer,” ujarnya.
Sedangkan Wakil Rektor ISBI Tanah Papua Syafiudin Halid mengatakan, Yanto memiliki potensi besar. Sebagai seorang mahasiswa di ISBI ia sudah sering mengerjakan proyek-proyek lumayan besar.
“Ini pasti akan menjadi tantangan untuk dia karena proyek-proyek itu bisa menghambat kuliahnya, banyak seniman di Papua, tapi seniman yang memiliki gelar sarjana seni rupa atau sarjana desain grafis sangat minim,” ujarnya.
Terkait melukis Enembe terbalik, Syafiudin memuji kreativitas Yanto yang sering mencoba media baru. Bahkan, katanya, Yanto pernah melukis hitam putih di atas plat timah, padahal itu cukup sulit, tapi dia bisa melakukannya.(*)
Sumber : Jubi.co.id